Minggu, 17 Juni 2012

Dialah, Seorang Pria





Siapa Bilang pria tak bisa banyak menangis?


Tahukah engkau, kaum pria sesungguhnya jauh lebih sering “Menangis”, namun mereka menyembunyikan tangisnya di dalam kekuatan akalnya?


Itulah mengapa Tuhan menyebutkan pada Pria terdapat dua kali lipat akal seorang wanita,
Dan itulah sebabnya mengapa tiada yang kau lihat melainkan KETEGARANNYA.
Pria menangis karena tanggung jawabnya di hadapan Tuhannya,
Ia menjadi tonggak penyangga rumah tangga,
Menjadi pengawal Tuhan bagi Ibu, Saudara Perempuan, Istri dan Anak - anaknya.


Maka tangisnya tak pernah tampak di bening matanya,
Tangis Pria adalah pada keringat yang bercucuran demi menafkahi keluarganya.


Tak bisa kau lihat tangisnya pada keluh kesah di lisannya,
Pria “Menangis ” dalam letih dan lelahnya menjaga keluarganya dari Kelaparan.
Tak dapat kau dengar tangisnya pada Omelan- Omelan di bibirnya,
Pria “Menangis” dalam tegak dan teguhnya dalam melindungi keluarganya dari terik Matahari
deras hujan dan dinginnya malam .
Tak nampak tangisnya pada peristiwa - peristiwa kecil dan sepele,
Pria “Menangis” dalam kemarahannya jika Kehormatan diri dan Keluarganya di Gugat.
Pria “Menangis” dengan sigap bangunnya di kegelapan dini hari.
Pria “Menangis” dengan Bercucuran Peluhnya dalam Menjemput Rizki.
Pria “Menangis” dengan Menjaga dan Melindungi Orang, Istri dan Anak-anaknya.
Pria “Menangis” dengan Tenaga dan darahnya menjadi GARDA bagi Agamanya.
Namun..
Pria pun Benar-benar menangis dengan air matanya, di kesendiriannya.
Menyadari Tanggung - Jawabnya yang besar di Hadapan TUHAN nya,
Pandanglah Ayah …
Pandanglan Suami …
Pandanglah Kakak …
Sesungguhnya Syurga ALLAH di dalam KERIDHA’AN Mereka.


 Sumber : Unkonown




Sabtu, 19 Mei 2012

Ini malam yg tiba2 menyeretku keluar kamar, apa salahnya menjumpai suasana di luar?
Tekad. Jarak kostku dengan kampus UB, dalam ukuran pejalan kaki ini terbilang jauh. Tapi ku nikmati.. Aku tak peduli dengan banyak pasang mata yg melihat dengan tatapan -malam minggu seorang gadis berjalan sendiri tanpa pasangan-, sama sekali bukan masalah berarti untukku.
Menikmati kampus dari sisi yang lain. Melepas satu kenyataan untuk sementara saja. Oke. Ini indah. Langit Brawijaya tanpa tempelan dan bayang-bayang misteri pendidikan. :)

Senin, 14 Mei 2012

HATI

WAHAI HATIKU

Wahai hatiku..
Kau memang diciptakan lemah dan rapuh..
Tapi bukan berarti kau berlarut-larut dalam sedih dan sakitmu..
Wahai hatiku..
Ikhlaslah menghadapi jalan yg harus ditempuh..
Kita masih punya Tuhan tempat mengadu..
Sebaik-baiknya tempat untuk meminta pertolongan..
Yang membuatmu tergetar setiap bibirku membaca Kalam-Nya seusai fardhuku..
Yang membuatmu berbinar setelah kau tahu bahwa "La Tahzan, innallah ma'ana.."

Wahai hatiku..
Sembuhlah, karena 5 obatmu selalu kuberikan..
Dan iman selalu kupertebal..
Wahai hatiku..
Sehatlah..
Agar sehat pula seluruh tubuhku..
Untuk beribadah dengan kamilah..
Untuk mendapat RidhoNya fiddunya wal akhirat..






Jumat, 04 Mei 2012

Finding a New Love :)



Berharap menemukan cinta yang baru. Berharap bisa jatuh cinta lagi. Bukan cinta sesaat atau cinta bayangan seperti yang diberikan seseorang yang beberapa minggu dekat denganku. Pacar? Mungkin bisa dipanggil begitu. Walaupun entah apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan dia. Atau mungkin benar jika dia menyebut dirinya sendiri sebagai hansaplastku. Hanya buat nutupin lukaku yang sulit sembuh karena bayang-bayang mantan. Mungkin memang kita berdua sama-sama bersalah. Wanita yang sulit menghapus masa lalunya sampai kapanpun tak akan bisa bersatu dengan baik dengan lak-laki yang labil hatinya, yang mudah terombang-ambing, yang mudah terbawa arus emosi. Kadang sangat baik dan sangat sayang. Kadang juga sangat jahat dan sangat membenci. Tapi bagaimanapun, dia hebat. Dia satu-satunya laki-laki yang membuatku mau mencoba membuka hati ditengah terpuruknya aku karena masa lalu. Ada rasa bahagia juga ketika dia dengan lembut memanggilku "Sayang...". Dan aku tersenyum. Entah, kapan terakhir kali aku merasakan bahagia seperi ini.

Yah, tapi itu tak bisa bertahan lama. Ketika antara aku dan dia sama-sama tak lagi bisa menahan diri. Atau mungkin lebih tepatnya aku dan dia tak bisa lebih lama lagi memaksakan diri. Aku putuskan untuk berpisah. Dia marah. Sangat marah. Entah karena apa. Mungkin karena saat itu dia memang menyayangiku tapi aku tak bisa mengerti. Akhirnya dia mengakui bahwa dia tak cocok denganku. Aku bisa terima. Karena akupun juga merasakan hal yang sama.
Hmmm.. Dia pergi setelah dia berkata tak akan pernah kembali lagi padaku. Dan satu kalimat terakhir yang dia ucapkan dengan lembut.. "Selamat menempuh hidup baru, Aga Belle.."

Sampai saat ini.. Aku tak pernah tahu lagi kabar tentangnya. Tapi disela waktuku, akupu masih menyempatkan diri berdoa untuknya "Terima kasih untuk kehadiranmu, Budi. Semoga kamu selalu hepi."

Lalu kira-kira, kapan ya aku jatuh cinta lagi? :D Ya, sulit sekali untuk itu. Tak mudah memulainya. Tak mudah merasakannya. Perlu waktu yang sangat lama. Aku takut tak bisa jatuh cinta lagi..
Tuhaaaaan, buka hatiku untuk cinta yang lain. Cinta yang akan kupertahankan sampai mati. Cinta yang ingin segera kutemukan sebelum hatiku benar-benar beku.
Tuhan, Aku tak sabar ingin menyanyikan lagu ini... Hhahaha.. :D

separuh langkahku saat ini
berjalan tanpa terhenti..
hidupku bagaikan keringnya dunia
tandus tak ada cinta
hatiku mencari cinta ini
sampai ku temukan yang sejati
walau sampai letih ku kan mencarinya
seorang yang ku cinta

kini ku menemukanmu di ujung waktu ku patah hati
lelah hati menunggu cinta yang selamatkan hidupku
kini ku tlah bersamamu berjanji tuk sehidup semati
sampai akhir sang waktu kita bersama tuk selamanya
(kini ku menemukanmu di ujung waktu ku patah hati
lelah hati menunggu cinta yang selamatkan hidupku)
sampai akhir sang waktu kita bersama tuk selamanya

MENEMUKANMU.
By : Seventeen
 

Kamis, 03 Mei 2012

Harta Karun

Ada satu puisi di selembar kertas yang aku temuin nih. Menurut coret-coret di kertas itu, puisi ini ditulis sekitar tahun 2006 lalu di dalam sebuah kamar putri pesantren Raudlatul Muta'allimin - Tegalrejo -Babat - Lamongan.

Katanya bentuk sebenarnya adalah prosa, tetapi kemudian disadur dalam sebuah puisi pada tahun 2011 setelah selama hampir 5 tahun tulisan ini "dilupakan".

Penulis menulis prosa ini saat usianya masih 14 tahun. Saat ia sedang sangat "jatuh cinta" terhadap sastra. Salah satu inspirasinya dalam "bermain" sastra adalah satu benda yang sangat disukainya : BINTANG.


Siapa penulis tersebut? Dia adalah.... Aku.. :)

hahaha, aku sadar masih banyak kekurangan, apalagi setelah vakum dan 'mandek' dalam dunia tulis menulis sejak pertengahan SMA.

Lumayan lama juga sih. Tapi gpp, meskipun sekarang belum punya 'hasrat' untuk menulis lagi, aku tetap cinta SASTRA.

Ditunggu kritik dan sarannya ya... :)

matur nuwun... :)

Ini dia gan, puisinya. cekidot :



Bintang,
Seperti hembusan angin malam..
Seperti gemericik air penuh makna..
Membuat selaksa peristiwa berlalu dengan indahnya..

Bintang,
Surgamu telah kuimpikan untuk kutempati..
Mimpiku telah bersatu dengan namamu..
Tak lepas dan tak jarang, sering membuatku susah tidur..
Untuk mendapatkan sinarmu dan merelakan sedikit..
Ya..
Sedikit semerbak surgamu..

Bintang,
Kau terlalu terang untuk kupandang..
Tetapi akan membuatku tersesat bila kusingkirkan..
Kau, berarti dan bermakna..

Bintang,
aku ingin menyentuhmu.
Meskipun itu menjadikanku musafir....cinta..
Gurun pasir akan kutempuh, jurang akan kuturuni, gunung akan kudaki, samudra akan kusebrangi, dan langitpun akan kukelilingi...

Bintang,
selayaknya Ibrahim mencari Hajar, kakinya penuh luka dan darah, hanya demi mendapatkan sepercik sinar Hajar..
Perhiasan hatinya dan sangkar emasnya..
Begitu berarti Hajar bagi Ibrahim..
Dan begitu bermakna bintangku, bagiku...

Kamis, 05 April 2012

KOPI SUSU

Kopi ini rasanya seperti rindu..
Mengingatkanku pada rentetan hari dari awal hingga ujung tahun lalu..
Kau bilang "Kau suka sekali membuatkanku susu, tapi selalu amis." aku hanya tersenyum."Kalau begitu aku mengerti mengapa kopi ini terlalu manis." Jawabku sambil mengangkat secangkir kopi buatanmu.
Ya, setiap kita bertemu, kita selalu saling membuatkan minuman. Aku membuatkanmu susu yang katamu selalu amis, dan kau membuatkanku kopi hitam kental yang, hmmmm.. nikmat sekali rasanya. Meskipun terlalu manis untukku.
Selalu begitulah kita kala waktu itu, entah suka entah tidak, kita tetap meneguknya sampai perut.
Tetap menyajikan susu amis dan kopi manis sebagai selimut perbincangan kita.
Kau dengan susu amisku, dan aku dengan kopi manismu.
Sampai saat ini, itulah yang terjadi. Tapi kau tak pernah mau lagi meminum susu amis buatanku, dan kau pun tak pernah lagi membuat kopi hitam kental yang manis untukku.
Hmmm, ku kira kau bosan, hingga ku tawarkan kau susu baru yang kubuat dengan berbagai cara agar tak amis lagi. Tapi ternyata baru ku kutahui, kau sudah muak dan tak percaya bahwa aku akan berhasil membuatnya.
Selama ini kau hanya berpura-pura menikmati, padahal perutmu sudah tak tahan ingin muntah. Sayang, kau tak pernah bilang tentang itu, dan sekarang aku rindu kopi buatanmu. Meskipun tak jarang membuat gigiku ngilu tiap malam. Tapi aku selalu suka. Dan kini aku rindu. Dan kini kau tak pernah datang.


Aku menyesal mengapa dulu selalu membuatkanmu susu yang amis. Dan tak pernah berusaha mengurangi amisnya meski kau sudah menegurku. Aku menyesal.


Sayang, jika kita bertemu lagi nanti, maukah kau buatkanku kopi manis? Dan aku akan membuat susu amis untukmu. Ah, tidak. Bukan susu amis, melainkan susu yang lezat. Tapi kita tak akan membuatnya pada cangkir berbeda. Kita akan membuatnya pada satu cangkir yang sama. Ya, kita akan membuat kopi susu.Selama ini kita belum pernah mencobanya, bukan?

Selasa, 01 November 2011

SURAT UNTUK KEKASIHKU : Kau, aku, dan rokokmu

Kekasihku, sebelum aku hadir di hidupmu, aku tahu ia yang lebih dulu ada mengisi hari-harimu, yang selalu kau cumbui, yang menjadi temanmu dalam keadaan apapun. Aku tahu, kau mencintainya, kau tak akan berhenti membutuhkannya, kau akan selalu menggenggamnya. Kau tak akan berhenti mencarinya saat ia tak ada. Kau akan selalu dan selalu menginginkannya.

Kekasihku, demi Tuhan aku cemburu. Aku cemburu pada rokokmu. Aku merasa ia kekasih sejatimu, dan aku simpananmu. Kau tak pernah menjaga perasaanku. Kau tetap memeluknya meskipun kau sedang bersamaku, kau bahkan bermesra dengannya dihadapan mataku. Seringkali mengacuhkanku saat kau mengagumi rasanya. Kau tak pernah mendengarkanku saat aku memintamu untuk meninggalkannya.

Aku sakit, ketika aku meneleponmu dan bertanya, "Kau sedang apa?", dan dengan senang kau jawab, "bercumbu dengan rokokku."
Lalu dimana perasaanmu terhadapku, kekasihku? Menomor satukan ia dan mengabaikanku, kekasihmu, yang tulus mencintaimu, yang ingin agar kau baik-baik saja.

Benar, kekasihku. Ia yang selalu ada untukmu. Ia memiliki seluruh waktunya dan bisa dihabiskan sepenuhnya denganmu. Tidak sepertiku. Hingga kau mengesampingkanku. Bangun dari tidurpun, ia yang pertama kau cari, bukan aku.

Aku cemburu, kekasihku. Aku ingin marah tapi aku takut kau akan lebih marah padaku. Karena aku tahu kau sangat mencintainya dan tak ingin ia hilang dari hidupmu. Kau mencintainya tanpa kau tahu apakah ia juga mencintaimu.

Tidak, kekasihku. Tidak. Ia sama sekali tidak mencintaimu. Aku yang mencintaimu. Ia tak pernah mencintaimu karena ia justru menyakiti dan melukaimu. Kau tahu? Aku sangat membencinya karena itu. Tetapi ia selalu nomor satu di hidupmu. Padahal, ia menyakitimu. Ia menyakitimu. Ia menebarkan racun mematikan di tubuhmu. Ia membunuhmu perlahan. Aku tidak mau itu, kekasihku. Aku tidak mau, demi Tuhan aku tidak mau. Aku sangat mencintaimu.

Percayalah padaku, kekasihku. Ia sama sekali tak baik untukmu...
Aku mohon percayalah..
Aku mohon tinggalkan ia. Aku mohon hapus cintamu padanya. Aku mohon cintai Tuhanmu, tubuhmu, keluargamu, kawan-kawanmu dan aku saja. Aku tak mau ada dia dalam hidupmu lagi. Untuk selamanya.

Aku membencinya. Aku cemburu padanya. Jika bukan kau, maka aku yang akan mengusirnya. Dari hidupmu. Tak akan ku biarkan kau menyentuhnya selama aku masih ada. Aku tak akan berhenti memintamu untuk meninggalkannya. Aku tak akan berhenti mengatakan bahwa : IA TAK BAIK UNTUKMU, IA TAK BAIK UNTUKMU, IA TAK BAIK UNTUKMU !
Aku berjanji, kekasihku. Aku akan menyingkirkannya darimu. Demi sehatmu, Demi jiwamu, Demi hidupmu, Demi cintaku padamu.


Dariku,
kekasihmu,
yang dengan sangat mencintaimu.
1 november 2011