Selasa, 01 November 2011

SURAT UNTUK KEKASIHKU : Kau, aku, dan rokokmu

Kekasihku, sebelum aku hadir di hidupmu, aku tahu ia yang lebih dulu ada mengisi hari-harimu, yang selalu kau cumbui, yang menjadi temanmu dalam keadaan apapun. Aku tahu, kau mencintainya, kau tak akan berhenti membutuhkannya, kau akan selalu menggenggamnya. Kau tak akan berhenti mencarinya saat ia tak ada. Kau akan selalu dan selalu menginginkannya.

Kekasihku, demi Tuhan aku cemburu. Aku cemburu pada rokokmu. Aku merasa ia kekasih sejatimu, dan aku simpananmu. Kau tak pernah menjaga perasaanku. Kau tetap memeluknya meskipun kau sedang bersamaku, kau bahkan bermesra dengannya dihadapan mataku. Seringkali mengacuhkanku saat kau mengagumi rasanya. Kau tak pernah mendengarkanku saat aku memintamu untuk meninggalkannya.

Aku sakit, ketika aku meneleponmu dan bertanya, "Kau sedang apa?", dan dengan senang kau jawab, "bercumbu dengan rokokku."
Lalu dimana perasaanmu terhadapku, kekasihku? Menomor satukan ia dan mengabaikanku, kekasihmu, yang tulus mencintaimu, yang ingin agar kau baik-baik saja.

Benar, kekasihku. Ia yang selalu ada untukmu. Ia memiliki seluruh waktunya dan bisa dihabiskan sepenuhnya denganmu. Tidak sepertiku. Hingga kau mengesampingkanku. Bangun dari tidurpun, ia yang pertama kau cari, bukan aku.

Aku cemburu, kekasihku. Aku ingin marah tapi aku takut kau akan lebih marah padaku. Karena aku tahu kau sangat mencintainya dan tak ingin ia hilang dari hidupmu. Kau mencintainya tanpa kau tahu apakah ia juga mencintaimu.

Tidak, kekasihku. Tidak. Ia sama sekali tidak mencintaimu. Aku yang mencintaimu. Ia tak pernah mencintaimu karena ia justru menyakiti dan melukaimu. Kau tahu? Aku sangat membencinya karena itu. Tetapi ia selalu nomor satu di hidupmu. Padahal, ia menyakitimu. Ia menyakitimu. Ia menebarkan racun mematikan di tubuhmu. Ia membunuhmu perlahan. Aku tidak mau itu, kekasihku. Aku tidak mau, demi Tuhan aku tidak mau. Aku sangat mencintaimu.

Percayalah padaku, kekasihku. Ia sama sekali tak baik untukmu...
Aku mohon percayalah..
Aku mohon tinggalkan ia. Aku mohon hapus cintamu padanya. Aku mohon cintai Tuhanmu, tubuhmu, keluargamu, kawan-kawanmu dan aku saja. Aku tak mau ada dia dalam hidupmu lagi. Untuk selamanya.

Aku membencinya. Aku cemburu padanya. Jika bukan kau, maka aku yang akan mengusirnya. Dari hidupmu. Tak akan ku biarkan kau menyentuhnya selama aku masih ada. Aku tak akan berhenti memintamu untuk meninggalkannya. Aku tak akan berhenti mengatakan bahwa : IA TAK BAIK UNTUKMU, IA TAK BAIK UNTUKMU, IA TAK BAIK UNTUKMU !
Aku berjanji, kekasihku. Aku akan menyingkirkannya darimu. Demi sehatmu, Demi jiwamu, Demi hidupmu, Demi cintaku padamu.


Dariku,
kekasihmu,
yang dengan sangat mencintaimu.
1 november 2011

Minggu, 24 Juli 2011

Nonton JFC bareng^^ 24 Juli 2011




24 Juli 2011
Ciyaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.... Senengnya nonton JFC (Jember Fashion Carnaval) bareng Zen. Secara, aku pacarannya jarak jauh. Ketemuannya paling sering sebulan sekali. Nah, waktu itu aku pengen banget nonton acara ini. Kebetulan tempatnya juga deket sama kota tempat tinggal pacarku, Bondowoso. Akhirnya kami janjian sekalian buat ketemuan. Tapi ya itu... Aku yang tinggal di Malang harus meluncur ke Jember. Sebenernya pacarku mau jemput aku ke Malang, sih. Katanya kasihan kalau aku berangkat ke Jember sendirian. Tapi aku gak mau, kasihan pacarku, kan? Mau naik motor Bondowoso-Malang-Jember? Wuhhh.. Nggak deh.. Aku gak tega. Dengan jarak sejauh itu. Belum lagi kalau ntar kena macet di Jalan Pasuruan-Probolinggo. Emang Jakarta aja yang MACET? Hhehehe..  Peace.. :p

Singkat cerita.. Tarrrrraaaaaaaaaaaaa... Aku udah di Jember! Pacar tersayang sudah standby nungguin aku di terminal. Setelah ketemu. Ya Allah, ganteng banget pacarku. Bangga dan seneng. Secara, aku standart-standart aja. Cantik juga nggak. Hehe..

Udah ni, aku dan Zen langsung jalan. Untungnya jalanan masih belum ditutup. Biasanya kalau Jember lagi ngadain JFC gini, jalan yang dipakai buat catwalk karnaval ditutup dari jam 11. Kebetulan jalanan dari terminal itu termasuk rute JFC. Aku dan Zen nyari lokasi yang pas buat nonton. Berhubung barisan karnavalnya belum nyampek di tempatku dan Zen menunggu, kita ngobrol-ngobrol dulu ngelepas kangen. Ada banyak cerita yang kita bagi. Selalu saja menyenangkan ketika bersamanya. Aku gak pernah bosan.

Ramai banget. Panas terik  menyengat. Sampai pukul 3 sore karnaval belum tampak. Dengar-dengar dari orang di sebelahku, bentar lagi nyampek sini. Alhasil, aku dan Zen yang lagi duduk-duduk santai di atas motor langsung turun dan cari posisi berdiri di pinggir jalan. Namanya juga JFC, ramai banget pasti yang nonton. Itulah yang membuat aku dan Zen kesulitan cari jalan. Nabrak sana nabrak sini. Senggol sana senggol sini. Hampir gak bisa lewat soalnya banyak sepeda motor di parkir sembarangan. Beruntung punya pacar Zen yang perhatian banget dan rasa tanggung jawabnya gede. Tangannya gak pernah lepas genggam tanganku biar gak ilang di tengah arus orang-orang yang juga lalu lalang cari tempat di pinggir jalan raya buat nonton. Gak jarang juga Zen harus meluk aku dari belakang karena banyak cowok-cowok iseng yang narik-narik cewek. Dia masih bisa romantis dalam keadaan kayak gitu. Hhehe.. Kita dapet tempat di kanan jalan. Hadap ke barat. Waaah, apa nggak panas banget tu? Iyalah! Jam 3 sore gitu. Pas sang matahari mau pulang ke barat. Duh, ampun dah pokonya. Terbesit dalam hati, tahun depan kalau mau lihat JFC lagi harus nyari tempat di kiri jalan. ( Maksa. :D ).

Tiba-tiba teduh. Lho? Kok bisa? Tuing, aku angkat kepala ke atas. OMG, Zen ngelepas jaketnya dan mayungin kepalaku... Ya Allah, sayangku..^^. Kenapa? Klasik ya? Emang. ^0^ Tapi aku seneng. Aku kira kejadian kaya gitu Cuma ada di FTV. Ternyata ada yang lebih indah dari kisah-kisah FTV. Hhehehee.. Hayooo.. gak boleh ngiri! :P

Nah, setelah menunggu agak lama hingga terik matahari mulai hilang, akhirnya kelihatan juga tuh barisan karnavalnya. Asli, keren. Bagus banget. Gak kayak karnaval 17 agustusan biasanya itu. Ini mewah banget. Kostumnya keren-keren. Pesertanya ganteng-ganteng dan cantik-cantik. Denger-denger, tiap tahun tema JFC-nya beda-beda. Tapi aku gak ngerti juga nih kali ini temanya apa. Mungkin kalian bisa cari sendiri infonya di mbah Google. Hehe.. Tapi sumpah, keren banget. Aku gak hentinya berdecak kagum. Mikir juga, hebat banget Jember ini. Kabupaten kecil tapi punya acara sekeren dan sespectaculer ini. Banyak jempol dah buat Jember yang ternyata JFCnya ini udah masuk 10 besar dunia. Kapan nih Lamongan nyusul? :D

Aku gak mau mataku melewatkan satu peserta pun dan menyaksikan setiap detil keindahannya sambil ngobrol sama Zen ngomentari apa saja yang kita lihat. si Zen sampai cemburu tuh kalau aku perhatiin peserta cowok yang super guanteng. Hahaha.. Oiya, Kostumnya gede-gede dan mewah. Banyak juga lho properti yang dipake buat desain kostum-kostum mereka. Gak Cuma dari kain, tapi mereka juga pake gabus atau koran yang dihias dan dirancang seindah mungkin yang akhirnya bisa dipake di badan. Make-upnya sempurna. Indah dan mempesona. Jadi tambah ayu-ayu. Wajah mereka dilukis dengan abstrakisme yang menawan. Indah pokonya. Banyak yang pake bulu-buluan juga. Duh, pengen deh jadi pesertanya. ^O^ Ngimpi! Eh, tapi tiba-tiba Zen yang lagi sibuk mengabadikan perjalanan JFC pake kamera HPku nyeletuk, "Pengen, Dek?" Lho? Hahaha, kaya dukun aja nih Aa'. Bisa baca pikiran orang.


At least, JFC nya menyenangkan. Berakhir tepat pukul 7 malam. Aku harus promosi ke temen-temen nih. Biar tahun depan bisa nonton bareng-bareng. Hehhee.. :p


25 Juli 2011,
Waktunya balik ke Malang, nih. Sedih banget rasanya. Kenangan JFC udah terekam di HP. Tapi kenanganku bareng Zen? Inilah hal yang paling aku benci dari pertemuan. Berat? Tentu saja. Aku paling gak bisa nahan air mata kalau udah ketemu sama yang namanya perpisahan. Tapi mau gimana lagi? Kalau udah berani ketemu, berarti harus berani pisah juga, dong? Gak adil kalau cuma mau enaknya aja kan? Hmmm, mau dibawa kemana ini aku sama Zen? Dia nyetir motornya entah kemana. Aku, kalau udah mau pisahan gini udah gak bisa banyak omong lagi kaya pas baru ketemu kemarin. Sesek di hati. Kalau aku paksain ngomong, takut Zen tau kalau aku nahan tangis karena getaran suaraku pasti berbeda seperti biasanya. Zen pun juga gak banyak bicara. Dia cuma megang tanganku aja sambil nyetir motornya pelan-pelan. Entah, Zen tau apa gak aku yang duduk di belakang punggungnya sedang mati-matian menahan tangis biar gak pecah.

"Kita jalan-jalan dulu bentar, ya." Pintanya. Aku mendengar getaran yang berbeda juga dari suaranya. Ya Tuhan. Aku tau ini berat. Aku semakin sesek begitu tau kenyataan kalau Zen juga gak mau aku pergi. Udah. Jebol juga akhirnya nih tangis. Mewek, dah. Yah, dengan menahan isak tangis biar gak terdengar, aku jawab dia, "He'em..".

Sekuat apapun usaha kita mengulur waktu,

perpisahan itu akan tetap kita temui.

Sekarang ataupun nanti sama saja.

Aku tetap harus pergi. 

Pukul 2 siang aku udah di terminal  sama Zen, aku harus balik ke Malang. Ini gak bisa diulur lagi, sudah aturannya aku harus balik. Waktu bisnya dateng. Zen megang tanganku erat banget. Langsung narik tubuhku ke pelukannya dan mendekapku erat-erat. Muntah lagi tangisanku, aku bahkan gak bisa ngomong apa-apa saat dia berbisik dengan suara bergetar, "Hati-hati, Sayang..".


"Aku pulang ya.." Kataku sambil kupaksakan tersenyum. Aku naik ke dalam Bis. Dan duduk penuh rasa kesedihan. Masih bisa kulihat pacarku nunggu ditempat itu sampe akhirnya bis-nya mulai jalan menjauhinya. Kita pasti ketemu lagi, kataku dalam hati. :)


Sms-nya Zen :
Aa' udah nyampe' rumah. Dd' hati2 ya..
Berat bgt rasanya, aa' kya' yg g ikhlas td..
Aa' syg m dd'.. :)

Aku juga sayang sama Aa'.. :') What a nice JFC.. What a sweet meeting.. Je t'aime. Toi, et seulement toi. :)

OK, Malang. I'm home...
=========================================================================== 
Jika boleh meminta, aku ingin Tuhan menghentikan putaran waktu disaat itu..
Biar kudekap detiknya sampai ku puas..
Aku ingin tinggal berdua dalam waktu yg lama..
Berdua saja.. Bersamamu..
Tanpa takut waktu berlalu..
Tanpa takut mati dan menutup mata..
Karena kala itupun tak akan kubiarkan kau lepas dekapanmu dari tubuhku..
Biar kau bisa rasakan detak jantungku yg tak pernah lambat berlari mengembangkan cinta..
Memberimu percaya bahwa cintaku nyata..

Aku rindu..
Saat sayapmu merengkuh melindungi..
Menjaga kerapuhanku dalam keramaian..
Mengecup pelan menyalurkan nyawa..
Aku rindu dan aku tahu,
aku tak akan mampu berlalu meski nyatanya waktu membawaku pergi..
Entah sementara atau selamanya..
Karena jiwaku belum pernah pulang ke ragaku..
Karena jiwaku ada bersamamu..
Dalam kata yg tiada pernah kutahu sberapa besarnya cinta..
Namun ku yakini ada..

Aku begitu mencinta..
Dan ku minta Tuhan mengabadikan cinta..

Hingga saatnya pulang, kutitipkan jiwaku padamu..
Selalu..